Setelah pemerintah menetapkan kenaikan harga Pertamax. Per 1 April 2022, harga Pertamax naik dari sebelumnya Rp9.000-Rp9.400 per liter menjadi Rp12.500-Rp 13.000 per liter.
Kini pemerintah ternyata tengah mengkaji kenaikan harga Pertalite di tengah keterbatasan stok Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis tersebut di sejumlah SPBU.
Langkanya Pertalite disebut-sebut karena beralihnya konsumsi masyarakat dari semula Pertamax ke Pertalite. Sejumlah SPBU juga melaporkan pengiriman Pertalite berkurang sejak harga Pertamax naik.
Wacana kenaikan harga Pertalite pertama kali dikemukakan oleh Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Ia sempat menyinggung kemungkinan adanya kenaikan harga BBM jenis Pertalite hingga gas LPG 3 kilogram.
“Overall [secara keseluruhan] akan terjadi [kenaikan] nanti Pertamax, Pertalite, kalau Premium belum. Juga gas yang 3 kg [akan naik]. Jadi bertahap, 1 April, nanti Juli, bulan September, itu nanti bertahap akan dilakukan oleh pemerintah,” katanya usai meninjau Depo LRT Jabodebek di Jatimulya, Bekasi Timur, dikutip dari Antara, Jumat (1/4/2022).
Luhut mengatakan pemerintah akan melakukan perhitungan dengan cermat dan melakukan sosialisasi terkait rencana kenaikan tersebut. Pernyataan ini diperkuat dengan komentar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Ia menyatakan pemerintah masih mengkaji rencana untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertalite.
“Sekarang masih dikaji. Sesudah kita kaji, nanti kita umumkan. Saat sekarang [belum ada rencana menaikkan harga],” katanya seusai Sidang Kabinet Paripurna, seperti disiarkan Instagram Sekretariat Kabinet, Selasa (5/4/2022).
Senada dengan luhut, Pejabat Sementara (Pjs) Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting mengatakan mengenai harga Pertalite itu merupakan kewenangan pemerintah.
“Untuk harga BBM Subsidi merupakan kewenangan dari Pemerintah,” ujar Irto, Rabu (6/4/2022).
Meski begitu, banyaknya informasi yang beredar bahwa terdapat kenaikan harga pada Pertalite dibantah langsung oleh Irto.
“Masih ada masyarakat yang menyangka Pertalite naik, kami tegaskan harga Pertalite tidak berubah,” ujarnya.
Selain memastikan untuk sementara waktu belum ada kenaikan harga, Irto juga memastikan ketersediaan stok Pertalite hingga saat ini masih dalam kategori sangat aman untuk konsumsi masyarakat.
“Sangat aman (Stok Pertalite), masyarakat tidak perlu khawatir, kami pastikan stok mencukupi untuk kebutuhan di SPBU,” tutupnya.
Sementara itu, Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menyatakan pemerintah harus peka terhadap kondisi masyarakat saat ini tengah dikepung oleh berbagai kenaikan harga barang dan jasa. Menurutnya, wacana kenaikan harga Pertalite tak lama setelah Pertamax berpotensi memicu kepanikan masyarakat.
“Rencana kenaikan harga Pertalite menyebabkan kepanikan masyarakat. Seharusnya pernyataan itu [kenaikan harga Pertalite] dikeluarkan setelah seminggu, dua minggu atau bahkan sebulan setelah kondisi [pasca kenaikan harga Pertamax] stabil. Tentunya setelah dilakukan kajian-kajian mendalam, baru bisa mengeluarkan pernyataan [kenaikan harga Pertalite] itu,” Tulus kepada Bisnis, Senin (04/04/2022).
Selain itu, Tulus menjelaskan Pertalite adalah barang bersubsidi. Menurutnya dengan mencabut atau mengurangi subsidi dalam waktu yang tidak tepat akan menambah beban ekonomi masyarakat.
“Premium sudah tidak ada, sekarang masyarakat hanya menggunakan Pertalite. Tingkat konsumsi Pertalite besar, hingga lebih dari 70 persen. Kalau benar nantinya dinaikkan, ini dapat menaikkan harga kebutuhan pokok dan menurunkan daya beli masyarakat,” tandas Tulus.