Keberhasilan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten dalam menurunkan angka kemiskinan sebesar 15 ribu jiwa dinilai belum optimal. Hal tersebut disampaikan Aktivis Mahasiswa UIN Banten Adi Saputra, Senin (24/1/2022).
Adi menilai, masih banyak Pekerjaan Rumah (PR) yang harus dibenahi oleh Pemprov Banten. Terlebih soal penanganan kemiskinan. Ia berpendapat, indikator penanganan kemiskinan tidak terlepas dari persoalan kesehatan, pendidikan, dan ketenagakerjaan.
“Di Provinsi Banten, Masih Banyak Masyarakat yang kesulitan mengakses jaminan kesehatan, bahkan masih ada orang yang harus di tandu dengan alat seadanya untuk mendapatkan fasilitas kesehatan terdekat,” katanya.
Mahasiswa yang aktif di Komunitas Soedirman 30 (KMS) ini juga mengungkapkan, Pemprov belum berhasil menyelesaikan persoalan di Banten terlebih soal pendidikan. Ia menilai, pendidikan merupakan salah satu pilar penting dalam upaya mencerdaskan Kehidupan bangsa khususnya masarakat Bantan.
“Banten masih jauh dari apa yang di cita-citakan. Simpelnya, diperkotaan saja masih banyak anak kecil yang minta-minta padahal pemerintah berkewajiban dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat, belum lagi di desa-desa yang mereka kesulitan dalam hal pembiayaan sehingga masih banyak yang tidak sampai tamat SLTA padahal Pemerintah mewajibkan pendidikan itu selama 12 tahun minimal,” tuturnya.
Ia juga berpendapat, Pemprov juga masih memiliki persoalan besar di masalah ketenagakerjaan. Dimana sebelumnya, Gubernur Banten Wahidin Halim (WH) diprotes keras oleh para buruh yang merasa tidak diperjuangkan secara optimal oleh Gubernur.
“Kita lihat demo buruh kemarin, sampai beberapa kali. Itu menunjukkan masih banyak hal yang belum diperhatikan oleh Pemprov Banten,” paparnya.
Ia menilai, banyak hal yang diklaim oleh Pemprov sebagai sebuah pencapaian, namun bukan hal yang substansial dan sebatas pada pencapaian kepentingan saja. “Ini bahaya bagi Banten, karena bisa dikontrol melalui bantuan-bantuan yang sifatnya kepentingan pihak tertentu, namun tidak berdampak pada kemajuan Banten,” Pungkasnya.